Senin, 13 Juni 2022

Ternyata itu Terong

Naskah keempat
Tantangan menulis blog setiap hari
Mencoba menulis fiksi (cerpen)

    Kegiatan PKK bulanan kali ini dilaksanakan di rumah Ketua penggerak PKK. Ibu-ibu PKK di desa ini sangat antusias, mereka hadir atas kesadaran sendiri. Acara yang digelar dari pagi tadi akhirnya selesai juga.

     Sebelum bubar, Bu Ketua berkata, "Ibu-ibu, nanti sore kita kumpul lagi di kebun PKK ya!"

    "Apa yang akan kita tanam, Bu Ketua?" tanyaku.

   "Untuk sore nanti kita menyemai bibit cabe dulu, ya!" jawab Bu ketua. "Bagaimana?" lanjutnya sambil menatap kami satu persatu meminta persetujuan.

    Aku teringat bibit yang telah kusebar dua minggu yang lalu, kini sudah tumbuh subur dengan beberapa daun hijau berbentuk agak bulat. Segar melihatnya, apalagi hasil tanaman sendiri. Setiap hari pagi sore kusiram dan kuperhatikan pertumbuhannya. Bibit yang kubawa dari Jawa itu katanya bibit cabe rawit. Pemberian dari kakak iparku yang merupakan petani sayuran.

    "Aku punya bibit cabe di rumah Bu Ketua, tinggal menanam lagi, kalau mau, nanti sore saya bawa ke kebun PKK," ujarku.

   Semua memandang ke arahku.

   "Baguslah, Bu Marni, kalau sudah ada bibit cabenya, jadi enggak harus nunggu semai lagi ... ya kan ibu-ibu?"

   "Betul Bu Ketua, kan langsung tanam saja di kebun" ujar Bu Inam sambil tersenyum.


Sorenya aku bawa bibit cabe itu dengan menggunakan angkong, karena lumayan banyak. Di kebun sudah banyak ibu-ibu yang menunggu. Begitu sampai dan semuanya langsung menyerbu apa yang kubawa. Aku bersyukur bisa berbagi dengan mereka, toh inipun bijinya gratis diberi kakak iparku, Kak Yeti. Aku berharap tanaman ini bermanfaat untuk ibu-ibu di sini.

   "Lho, tadi kata Bu Marni mau bawa bibit cabe, ini kok malah bibit terong?" kata Bu Baya terheran-heran.

   "Ah, masa sih, Bu, kata Kak Yeti, yang dia kasih itu biji cabe rawit."

   "Lihat bentuk daunnya aja, Bu, kalau daun cabe kan agak runcing, kalau ini bulat dan setahuku ini tanaman terong," jelas Mba Nurmi sambil tertawa.

    Oh, wajahku memerah, aku jadi malu dengan kejadian ini. Aku memang belum bisa membedakan jenis tanaman dari bentuk daunnya. Selama ini taunya sudah jadi buahnya.

Terong ungu

    "Enggak apa-apa, Bu Marni, ini tetap kita tanam kok," ujar Bu ketua.

    Akhirnya kegiatan menanam tetap berlangsung, bukan cabe rawit yang ditanam melainkan terong. Terong juga tanaman yang banyak manfaatnya dan hampir semua orang suka. Terobati juga rasa maluku, karena ternyata ibu-ibu itu pun suka terong, bahkan mereka meminta bibit terongnya yang berlebih untuk ditanam di rumah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN PADA PANDANGAN PERTAMA

 Karya : Ai Sumarni      Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami sudah berkumpul di rumah Ujang, yang ditunjuk sebagai ketua panitia ...