Selasa, 14 Juni 2022

Cerita Pendek

Naskah Kelima

Tantangan Menulis Setiap hari 

                                     Bukan Sebuah Alasan

     Hari ini, Nia kembali meminta izin di grup sekolah. Dalam satu minggu ini sudah tiga kali dia tidak masuk. Alasannya pun berbeda-beda, kalau enggak pusing, sakit perut, pasti motornya masuk bengkel. Aku sudah hafal alasannya, karena bukan sekali dua kali saja, dia tidak masuk, tetapi hampir setiap minggunya pasti ada tidak datang ke sekolah. Dan yang anehnya, Selasa adalah hari spesial dia untuk tidak masuk sekolah.

     Aku sangat penasaran, sebenarnya ada apa di balik ketidak hadirannya itu. Aku harus tahu, karena setiap Nia tidak masuk sekolah, semua kawan dan juga guru selalu menanyakan kabarnya padaku. Sedangkan aku sendiri tidak tahu harus jawab apa, Nia orangnya tertutup, jika kutanya pun jawabannya cuma tersenyum, seolah-olah tidak mau orang lain tahu alasannya. Sehingga aku pun selama ini, tidak pernah memaksa Nia untuk menjawab pertanyaanku.

     Kebetulan sekarang hari Sabtu, aku berniat mengunjungi rumahnya. Aku bawa oleh-oleh untuk Nia dan Emaknya.

     "Assalamualaikum." Tak ada jawaban, rumah Nia nampak sepi, tetapi pintu depan terbuka.

     "Nia, apakah kamu ada di rumah? Bolehkah aku masuk?" Belum juga ada jawaban, aku memberanikan diri masuk ke dalam rumah Nia.

     Nia adalah sahabatku, rumah Nia sudah seperti rumahku sendiri. Terdengar suara rintihan di kamar sebelah dapur, aku bergegas mendekatinya. Kulihat wanita tua sedang berbaring di atas dipan yang hanya beralaskan tikar daun pandan. Tubuhnya berselimut kain yang lusuh, tidak ada bantal yang mengganjal kepalanya.

     "Kenapa, Mak? Emak sakit? Mana Nia? Kok, Emak ditinggal sendirian di sini?" tanyaku bertubi-tubi.

     Kulihat Emak meneteskan air mata, dan menjawab lirih, "Nia sedang ke kebun Pak Haji, ikut memanen sayuran." Emak terdiam sejenak, sambil menghela nafas dalam-dalam, lalu melanjutkan ceritanya. "Emak sudah larang, tetapi dia tetap bersikeras untuk bekerja, katanya biar dapat uang untuk beli obat emak."

     "Oh, jadi ini, Mak, alasannya Nia sering tidak masuk sekolah. Nia emang kawanku yang paling baik, Mak, selain cantik, pintar, dia sangat penyayang dan penyabar. Selama ini dia enggak pernah cerita padaku, kalau bekerja di kebun. Hanya saja, dia sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan," ujarku sambil memijat kaki Emak.

2 komentar:

  1. Masyaallah si kakak baik yah..😇 ikhlas memijid kaki emak. Ditunggu cerita kakak hari selanjutnya ya kak hihi

    BalasHapus
  2. Disini kan harus banyak pertimbangan karena haknya sama dengan anak - anak musti sekolah ,iya Bu dan kita doakan semoga panjang umur dan sehat selalu semua

    BalasHapus

BUKAN PADA PANDANGAN PERTAMA

 Karya : Ai Sumarni      Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami sudah berkumpul di rumah Ujang, yang ditunjuk sebagai ketua panitia ...